Library Lite Desember 2024

Sleman, 5 Desember 2024 — 

Fathimah Azzahra, putri Rasulullah SAW merupakan sosok yang kesederhanaannya menggetarkan langit dan bumi. Permata hati Rasulullah ini hidup jauh dari kemegahan. Pekerjaan rumah sehari-hari dilakukannya hingga tangannya memerah. Dikala raut kelelahan memenuhi wajahnya, perasaan kepayahan tak lagi terelakkan, sebagai sosok manusia, wajar jika memohon untuk mendapatkan bantuan. Akan tetapi, hatinya begitu lapang dengan jawaban sang ayah, Rasulullah SAW. yang melipur jiwanya dengan mengajaknya berdzikir, “Wahai putriku, maukah kau kuberikan sesuatu yang lebih berharga? Sebelum tidur, ucapkanlah subhanallah 33 kali, alhamdulillah 33 kali, dan Allahu akbar 34 kali. Itu adalah Penawar bagimu, lebih dari dunia dan segala isinya.” (HR. Bukhari). Berbagai keteladanan dari sosok Fathimah disampaikan Rizki Nurfianni Iksanti, S.Pd. dalam Library Lite edisi kali ini. 

Dari sosok Fathimah, kita belajar memahami bahwa hidup tidak perlu mewah. Hal ini sesuai dengan rambu-rambu pedoman yang Allah firmankan dalam Al-Quran surah Al-Qashas: 60 bahwa kekayaan, jabatan, dan keturunan yang diberikan kepada kita merupakan kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya. Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan kekal. Rizki menambahkan, melalui kehidupan Fathimah, kita belajar bahwa kesederhanaan adalah mahkota kemuliaan, ketundukan adalah perhiasan hati, dan keikhlasan adalah penawar diri. Karena sejatinya dunia adalah tempat singgah, sedangkan ketundukan pada Allah yang akan kekal abadi. Di dunia yang sementara ini, Rizki mengajak kita untuk mencapai kedamaian dari kesederhanaan, rasa syukur, dan pentingnya mengingat Allah dalam keseharian karena di sanalah kita dapatkan kekayaan yang sejati. 

Pada sesi selanjutnya, Husna Amalina Sholihah, S. IP menyampaikan materi berjudul Sumbangsih Perpustakaan Islam terhadap Renaisans di Eropa. Perpustakaan dengan perannya sebagai agen perubahan bagi sebuah peradaban, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebangkitan peradaban Eropa. Masyarakat Islam lebih dahulu maju dari Eropa. Mereka antusias mengoleksi buku, telah membudayakan kegiatan membaca dan menulis, sehingga terbebas dari buta huruf. Hal-hal tersebut melatarbelakangi penyebaran pendidikan dan berkembangnya perpustakaan. Husna menambahkan, Andalusia telah memiliki lampu penerangan di saat istana di Eropa belum memiliki kamar mandi. Husna juga mengutip Antropolog Eropa Gustove Lo Bone yang menyampaikan, “Berhentinya laju kaum muslimin menaklukkan Eropa adalah berhentinya penyebaran ilmu pengetahuan. Anak jalanan di Cordova bisa membaca dan menulis, sementara raja-raja Eropa tidak tahu bagaimana cara menulis nama mereka sendiri.” Dari pemaparan Husna, kita melihat betapa pentingnya literasi. Literasi menjadi faktor mendasar dari berkembangnya bangsa. 

Titik balik kebangkitan Eropa terjadi pada masa Renaisans. Sejarawan selama ini menganggap bahwa Renaisans menjadi starting point perkembangan peradaban Eropa. Di masa Renaisans, saluran transmisi keilmuan didapatkan dari 3 jalur yakni Andalusia (di bawah kepemimpinan Islam), Sisilia, dan pasukan Perang Salib. Andalusia dan Sisilia mendominasi proses kontak intelektual baik itu dari segi pembelajaran maupun penerjemahan. Saat itu Andalusia banyak memiliki universitas dan perpustakaan yang buku-bukunya banyak didatangkan dari Timur seperti Persia dan Baghdad. Sebaran sarjananya kemudian menjadi faktor pendorong yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa. Dari Universitas Islam, Eropa mendapatkan inspirasi. Pembangunan universitaspun dimulai dari Paris University, membuka cabangnya di Oxford, atau yang kini kita kenal sebagai Oxford University, dan di kemudian hari melahirkan Cambridge University. Dalam sesi diskusi, kejayaan perpustakaan Islam Andalusia dibahas dan dikorelasikan dengan pimpinan pada masa tersebut. Diskusi ditutup dengan kesimpulan bahwasannya gagasan besar lahir dari literasi yang cukup.  Sedang gagasan akan dapat terlaksana secara masif, terstruktur, dan memberikan pengaruh yang besar ketika disertai dukungan solid dari sosok pimpinan selaku pemangku kebijakan dan anggaran.