Culture and Learning Centre UII menyelenggarakan acara pengenalan budaya bertajuk “Exploring the Harmony of the Past: A Journey to Candi Kimpulan and Plaosan” pada 24 Februari 2025. Acara yang diselenggarakan di Selasar Utara Gedung Perpustakaan UII ini dihadiri oleh lebih dari 25 mahasiswa, baik lokal maupun internasional.
Acara ini menghadirkan dua pembicara ahli di bidang sejarah dan restorasi candi. Pembicara pertama, Wahjudi Djaja—Ketua Umum Keluarga Sejarah Universitas Gadjah Mada (KASAGAMA)—memaparkan beberapa hal menarik tentang sejarah Yogyakarta dan candi. Beliau menjelaskan keunikan lanskap Yogyakarta dengan tujuh sungainya yang mirip dengan India. Wahjudi juga menekankan keahlian nenek moyang Jawa dalam seni memahat dan penggunaan unsur lokal dalam pembuatan relief candi.
Pembicara kedua, Ancah Yosi Cahyono dari Kandang Kebo Community yang merupakan ahli restorasi candi, memberikan wawasan mendalam tentang arsitektur dan sejarah candi. Menurutnya, candi lebih tepat didefinisikan sebagai bangunan kuno, mengingat fungsinya yang beragam—sebab tidak hanya berbentuk tempat ibadah, tetapi juga ada yang berupa pemandian dan gapura.
Yosi membagikan informasi menarik tentang Candi Kimpulan. Meski catatan formalnya terbatas, pemetaan dan perkiraan masa pembangunannya dapat diidentifikasi melalui gaya pahat yang digunakan. Yosi menjelaskan perbedaan gaya pahat antara candi Hindu dan Buddha, serta mengungkap alasan ukuran candi yang relatif kecil—karena hanya diperuntukkan bagi raja, pemilik, dan kasta Brahmana.
Menariknya, konstruksi Candi Kimpulan dibuat tanpa menggunakan perekat seperti lem atau semen untuk mengurangi dampak gempa. Setelah diskusi, acara dilanjutkan dengan kunjungan ke Candi Plaosan. Sebagai bagian dari rangkaian acara, panitia mengadakan kompetisi pembuatan reels berhadiah bagi para peserta kegiatan. (af/ai)