Sejarah
Candi Kimpulan (juga dikenal sebagai candi Pustakasala) adalah sebuah peninggalan purbakala di lokasi kampus Universitas Islam Indonesia (UII) di Dusun Kimpulan, Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Lokasi tersebut berada di Jalan Kaliurang km 14,5. (Wikipedia)
Candi ini diberi nama Kimpulan berdasarkan letak temuannya yang ada di Dusun Kimpulan. Dari temuan arca dalam candi, candi ini memiliki ciri-ciri sebagai candi beragama Hindu. Angka tahun pendirian candi ini diperkirakan dari abad ke 9.
Candi ini ditemukan secara tidak sengaja pada 11 Desember 2009 ketika tengah diadakan penggalian untuk fondasi proyek pembangunan perpustakaan UII. Candi ini terkubur sekitar lima meter di bawah tanah. Seperti Candi Sambisari, Candi Morangan, dan Candi Kedulan, candi ini diperkirakan terkubur bersamaan akibat letusan Gunung Merapi di dekatnya yang meletus sekitar seribu tahun yang lalu. Penemuan candi ini merupakan penemuan arkeologi yang paling menarik di Yogyakarta tahun 2009, serta menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan adanya candi-candi lain yang masih terkubur oleh lahar dan debu vulkanik Gunung Merapi.
Candi ini pada saat pertama kali ditemukan dikenal oleh masyarakat luas sebagai Candi UII (Candi Universitas Islam Indonesia), karena ditemukan di lingkungan Kampus UII. BP3 menamai candi ini Candi Kimpulan berdasarkan nama desa setempat. Akan tetapi Yayasan Badan Wakaf UII mengusulkan nama lain, Pustakasala yang berarti “perpustakaan” dalam bahasa Sanskerta. Maksud penamaan ini untuk menekankan sejarah penemuan candi di tempat yang semula hendak dibangun perpustakaan.[1] Nama ini juga untuk menggambarkan nuansa pendidikan universitas, ditambah lagi arca Ganesha yang ditemukan di situs dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan, intelektual, dan kebijaksanaan.
Penelitian lebih lanjut dan penggalian arkeologi dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Candi ini jelas bersifat Hindu Siwaistik, dan berdasarkan gaya ukiran dan arca menunjukkan bahwa candi ini dibangun pada kurun waktu abad ke-9 sampai ke-10 pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Berdasarkan buku ““Nusantara” karya Bernard H.M. Vlekke dapat dijadikan salah satu acuan untuk penguasa Jawa. Ada banyak versi terkait dengan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Jawa beserta garis keturunan Dinasti Shailendra dan Sanjaya. Menurut buku tersebut, di abad ke-9 di pulau jawa tengah bagian selatan terdapat sebuah kerajaan yaitu Medang Kahuripan atau Mataram Kuno. Sekitar abad 9 raja yang bertahta berasal dari Dinasti Sanjaya.
Terkait dengan detail sejarahnya, belum ada penelitian lebih detail tentang candi ini. Candi ini memiliki dua perkiraan, pertama pembangunan candi belum selesai atau kedua dibangun oleh masyarakat menengah ke bawah sehingga bentuknya terlihat sangat sederhana.
Arsitektur Candi
Candi Kimpulan berada 2.7 meter di dalam tanah. Material penimbunnya berasal dari letusan Gunung Merapi. Letusan ini nanti yang menjadi salah satu faktor penyebab perpindahan kerajaan ke Jawa bagian timur. Kotak Kaca berisi stratigrafi tanah yang dulunya menimbun candi. Terdapat 19 lapisan tanah yang materialnya berasal dari akibat letusan Gunung Merapi.
Candi Kimpulan diperkirakan memiliki struktur tubuh dan atap yang berasal dari material organik seperti bambu atau kayu. Hal ini dibuktikan dengan temuan struktur ‘umpak’ yang merupakan penyangga tiang dalam rumah adat jawa.
Candi ini jelas bersifat Hindu Siwaistik. Akan tetapi arsitektur candi ini tidak lazim, lain daripada gaya candi-candi yang lazim ditemukan di kawasan ini. Tidak seperti candi bergaya Jawa Tengah lainnya, tubuh candi dan atap dari batu tidak ditemukan. Candi ini berukuran kecil dan sederhana ukiran hiasannya. Candi ini hanya terdiri dari beberapa bujur sangkar landasan candi berpagar serta tangga dan celah masuk berhias antefiks berukir Kala. Ruang dalam terdapat arca Ganesha, Nandi, dan Lingga-Yoni.
Sejauh ini para ahli menduga bahwa gaya arsitektur dan sejarah candi ini bersifat sederhana. Tubuh, tiang, dan atap candi kemungkinan besar terbuat dari kayu atau bahan organik lainnya yang mudah lapuk dan telah musnah tanpa meninggalkan sisa. Bentuk asli candi ini mungkin serupa dengan pura Hindu Bali dengan atap meru yang menjulang dari bahan kayu, sirap, atau atap ijuk. Tidak seperti Candi Prambanan, candi kerajaan yang megah dan berukir indah dan mewah, Candi Pustakasala boleh jadi hanyalah candi desa sederhana yang dibangun masyarakat umum di suatu desa di pinggiran ibu kota kerajaan.
Artefak
Museum Candi Kimpulan terletak di dalam bangunan perpustaaan UII. Di dalam museum ini tersimpan berbagai artefak temuan hasil ekskavasi di Candi Kimpulan. Artefak-artefak tersebut antara lain adalah kotak pripih, isi pripih yang terdiri dari lempengan emas dan perak, dan sebagainya.