Kompetisi Kepustakawanan merupakan ajang untuk menggaet bakat muda progresif dan inovasi perpustakaan. Dengan adanya kompetisi, pustakawan akan terus aktif untuk bergerak dan belajar. Namun, mengikuti kompetisi mengharuskan persiapan yang matang dalam waktu yang panjang.
FPPTI DIY dan Direktorat Perpustakaan Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Peningkatan Kompetensi Pustakawan dalam Kompetisi Kepustakawanan” untuk menjawab hal tersebut. Kegiatan ini bermaksud menjadi ruang berbagi informasi antar pustakawan perguruan tinggi. Acara berlangsung pada Kamis, 8 Juni 2023 di Ruang Audio Visual Lantai 2, Gedung Mohammad Hatta, Direktorat Perpustakaan, Universitas Islam Indonesia. Acara dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini dihadiri 87 peserta yang tersebar dari berbagai PT. Peserta yang hadir tidak cuma dari DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, namun bahkan dari Jawa Barat. Setelah seminar kemudian dilanjukan dengan Open House FPPTI DIY.
Amirul Ulum, S.Sos, M.IP. selaku Sekretaris Jenderal FPPTI Pusat memberikan sambutan pembuka secara virtual. Amirul menyampaikan bahwa perpustakaan dan pustakawan harus siap sedia akan datangnya perubahan. “Pustakawan juga perlu siap sedia melayani pengguna. Tidak hanya pengguna nasional tapi juga global,” pungkasnya. Senada dengan hal tersebut,Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si., Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset, Universitas Islam Indonesia menyampaikan peran penting perpustakaan sebagai pilar berdirinya universitas. Prof. Jaka menambahkan “Perpustakaan hari ini perlu melayankan informasi kridibel yang dapat digunakan sebagai referensi publik dengan cara yang menyenangkan”. Beliau kemudian membuka kegiatan secara simbolis.
Eko Kurniawan, M.A. memimpin seminar sebagai moderator dan menyilakan para pemateri memulai presentasinya. Anastasia Tri Susiati, M.A. mengisi sesi pertama. Susiati membeberkan strategi yang diperlukan pustakawan untuk menghadapi kompetisi kepustakawanan. Ada lima stategi yang harus dilakukan. Pertama, mempersepsikan ‘kompetisi’ sebagai sebuah masalah/persoalan. Dari itu, maka ia harus diselesaikan. Kedua, mengubah sudut pandang. Ketiga, melakukan Analisa dari kompetisi tersebut. Pustakawan perlu mencermati tujuan kompetesi dan syarat yang diperlukan. Keempat, identifikasi kebutuhan yang harus disiapkan untuk menjalani kompetesi. Dan kelima, menyiapkan diri untuk kompetisi tersebut.
Pustakawan perlu tahu mengenai kompetensi pribadi dan profesional yang penting dalam sebuah kompetisi, kemudian melakukan pengembangan berkala atas kompetisi tersebut. “Jangan lupa untuk berjejaring bapak ibu sekalian”, tambahnya.
Safirotu Khoir, Ph.D. selaku pemateri sesi kedua mengajak para peserta untuk jeda sejenak dengan melihat bagaimana perpustakaan umum di Adelaide. Di sana, perpustakaan umum tersebar di banyak sudutkota dan terhubung secara layanan satu-sama lain. Safira kemudian memberikan kesempatan peserta untuk menyampaikan motif para peserta mengikuti kompetisi. Beberapa menjawab sebagai sarana menantang diri, menambah kenalan dan sekadar mencoba. Namun ada yang memang yakin untuk ikut dan menjadi juara. Variasi alasan ini penting untuk mengetahui motiviasi diri pustakawan.
Para pustakawan berprestasi turut hadir memberikan tips dan trik serta pengalaman mengikuti kompetisi kepustakawanan. Mereka adalah Sri Lestari, S.IP., M.IP. dari UIN Sunan Kalijaga (Juara 1 ALIA DIY 2021), Yuliana Rahmawati, SIP. Selaku Perwakilan Tim UMY (Juara Terbaik 1 FPPTI DIY 2021), Gretha Prestisia Rahmadian Kusuma, M.IP. dari UAD (Pustakawan Terbaik DPAD 2021), dan Novy Diana Fauzie S.S., M.A. dari UMY (Pustakawan Berprestasi Nasional 2023). Pesan para pustakawan berprestasi kepada peserta adalah jangan minder dan perlu rajin diskusi dengan banyak orang.